Postingan

Cuap cuap

 aku suka memerhatikan manusia, melihat tingkah laku mereka yang unik membuat aku sadar betapa menariknya ciptaan Tuhan ini.. Dalam keterbatasan penilaian, sering kali kita dihadapkan dengan dilema terutama ketika kita menghadapi manusia. "dealing with people is tiring". Pengalaman memberi pelajaran begitu banyak tapi di satu sisi juga mengambil sesuatu dari kita yang membuat kita tidak sama lagi. Membuat kita tidak utuh. Pengalaman 7 tahun hidup di Jakarta sangat merubah perspektif dan bagaiamana aku bersikap. Kadang aku merasa apa yang kualami saat ini seperti mimpi 
 Cuap-cuap (6 maret 2017)    Menjadi relawan di komunitas sosial bukan hanya masalah kesiapan kita untuk berkorban materi dan nonmateri,   tapi juga tentang konsistensi diri membantu tanpa pamrih dan tidak mengharapkan apa-apa. Memang tidak mudah, dibutuhkan semangat yang besar dan tekad untuk melawan rasa malas dan menyerah. Tiga tahun terjun di dunia ini membuatku bertemu banyak orang dengan latar belakang yang berbeda, katakanlah agama, profesi, usia, pendidikan.   Tapi perbedaan itu seolah bisa menyatu dalam satu visi dan misi yang sama. Terlepas dari perbedaan tersebut, mereka adalah orang-orang yang berani melakukan perubahan, kritis tapi tulus berdedikasi untuk sekitar. Menjadi relawan adalah bentuk pengabdian diri, berbagi dan menginspirasi. Ketiga hal ini yang selalu memotivasiku dan kebanyakan orang yang terjun di komunitas ini. Mungkin terdengar heroik dan terlalu naif, tapi sesungguhnya apa adanya. Semakin aku terlibat, semakin aku jatuh c...

PUISI : Sang Demonstran

Gambar
  Aku ingin liar seperti huruf yang melampaui margin   kertas Aku ingin bingar seperti dentum   jam di dinding Biar saja orang di luar membungkam raga Tapi tetap tak bisa menawan jiwa Sampai tega memotong lisan tak bertulang Dengan belati di saku kanan Namun jemari masih bisa menari di atas kertas putih Hati   yang mendamba kebebasan Seabad terjajah di negeri sendiri Kemerdekaan hanya celoteh belaka sang pembual Mengadu ke paduka   sia-sia belaka Nelangsa rasa, pundak tak berperi Ini tentang hati sang pemberontak Saat kepercayaan rakyat menutup mata Rakyat Berkawan dengan kemiskinan Kemirisan terpatri di dada Perubahan hanya angan semata Atau ini hanya tentang permainan sejarah Mengobral kisah para tokohnya Dan yang kalah akan menjadi pecundang bangsa !

PUISI : Pahlawan tanpa nama

Gambar
Pahlawan tanpa nama Tentang waktu yang tak terjamah di lorong pesakitan, ada dinding kusam Meninggalkan luka mencabik sang tokoh Akulah pahlawan itu, yang sering kali kau alpakan Namaku bahkan tak tertulis dalam buku sejarah yang kau eja di bangku pendidikan Jasad   yang tertimbun bongkahan tanah subur Percikan darah masih tersisa memerah di nisan sana aku menuntut atas nama ribuan prajurit yang gugur dalam medan perang alih-alih kau buat hancur rumah kami, negeri yang kami bangun dari kucuran keringat melecut sana sini, bilang untuk tuan rumah malahan kau cekik leher penghuninya akulah pahlawan itu, yang tidak kau jumpa wajahku bahkan tidak pernah terlukis di kertas para seniman aku nyata dan akan selalu mengawasi kalian

Pemira bersih

Tulisan ini saya posting sebagai bentuk rasa prihatin saya terhadap fakultas kita tercinta. Bukan karena desakan dari salah satu pihak, apalagi karena membela satu pihak. Ini hanya tulisan seorang mahasiswa sok tahu  yang merasa peduli ! Sahabat terkasih Euforia Pemira sangat terasa dan sudah menjadi rahasia umum jika kedua organisasi raksasa saling bersaing mendapatkan tempat di fakultas kita. Lalu apakah itu menjadi sebuah masalah? Sy rasa tidak. Bukankah ini wajar didunia perkuliahan? Bahkan tidak jarang mereka saling menjelekkan bahkan menganggap diri paling benar. Saya maklumi, mungkin saudara khilaf !. Namun ketika saudara menggunakan kata organisasi "sebelah" rasanya seperti membelah kita, seolah-olah memecah kita warga FEB. Bicaralah, tidak usah ditutupi !! Kita tahu betul betapa pengkotak-kotakan ini membuat kita tidak nyaman. Membuat kita muak Sahabat sekalian... Hingga akhirnya seorang dari kita maju dengan melabelkan diri sebagai independent. Seorang yan...

wabah negeri

Gambar
Andai buta hati pucuk negeri Semakin tak berperi Mari kita sepakati Dengan berat hati Bersabar hati Sandar diri pada do'a-do'a teraniaya Pujian apa beda jilatan Bila hanya para paduka suka Jilat pantat rasa coklat Jilat kaki rasa strowberry Oh wabah negeri !

perempuan dan senja

Gambar
Senja genit menyapa, semesta merona Di beranda, seorang perwmpuan menunggu sepi Sambil pura-pura bahagia Perempuan bergincu terang Senyumnya genit Dibawah senja yang menaungi sepinya Rindu semakin gila Ciptakan gaduh di kepalanya Sore bangkit Senja tersenyum genit Tubuhnya telanjang rumit Sempurna melukis langit Abadi dalam puisi sebait